TERJADINYA PETIR
Mungkin sebelumnya kita menyangka bahwa petir terbentuk akibat dari gesekan antara awan. Nah. . . .kalo itu kayanya Cuma ada di film kartun. Padahal proses terjadinya petir tidaklah sesederhana itu. Ada 2 macam petir berdasarkan proses pembentukannya. Yaitu petir yang terjadi dari loncatan muatan listrik antara awan dengan awan dan antara awan dengan permukaan bumi. Loncatan muatan elektron terjadi akibat pergerakan angin di dalam awan. Kecepatan pergerakan angin tersebut dapat mencapai 150 km / jam. Angin tersebut memicu partikel air di awan membeku dan terbentuk partikel es. Partikel suatu ketika terpecah menjadi kristal es yang menyebabkan pecahnya pula struktur elektron di dalamnya. Hal ini mengakibatkan partikel es yang lebih berat jatuh ke lapisan awan di bawahnya. Partikel es ini bermuatan negatif sedangkan partikel es yang lainnya akan tertiup angin ke lapisan awan di atasnya. Sehiingga lapisan awan di atasnya bermuatan positif. Akibatnya terjadi perbedaan muatan antara awan atas dengan awan di bawahnya. Nah. . . ternyata prosesnya belum selesai sampai di situ. Selebihnya tanya sama mbah google soalnya saya juga pusing
Untuk petir yang terjadi antara awan dengan permukaan bumi perbedaan tegangan yang terjadi harus 10 juta volt. . . buset. . . Tapi udara hanya mempunyai kemampuan mentransfer listrik sebesar 3 juta volt. Lalu bagaimana petir bisa terjadi ?
Nah ternyata udara bisa membentuk jalur elektron akibat proses ionisasi antara udara dengan elektron. Bentuk jalur tersebut zigzag yang menghubungkan awan dengan permukaan tanah. Setelah adanya jalur konduktor ini, petir dapat terjadi hanya dengan perbedaan tegangan sebesar 250.000 volt. Sementara itu suara gemuruh petir yang menggelegar diakinbatkan oleh adanya pemanasan secara tiba – tiba pada udara di jalur konduktor tersebut. Pemansan yang berlangsung cepat tersebut lebih panas dari panas matahari.
Indonesia sendiri merupakan negara penghasil petir yang cukup banyak karena Indonesia merupakan negara yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Petir memang terjadi hanya sekejab mata namun ternyata petir membutuhkan proses yang tidak sesimpel apa yang kita bayangkan.
Untuk petir yang terjadi antara awan dengan permukaan bumi perbedaan tegangan yang terjadi harus 10 juta volt. . . buset. . . Tapi udara hanya mempunyai kemampuan mentransfer listrik sebesar 3 juta volt. Lalu bagaimana petir bisa terjadi ?
Nah ternyata udara bisa membentuk jalur elektron akibat proses ionisasi antara udara dengan elektron. Bentuk jalur tersebut zigzag yang menghubungkan awan dengan permukaan tanah. Setelah adanya jalur konduktor ini, petir dapat terjadi hanya dengan perbedaan tegangan sebesar 250.000 volt. Sementara itu suara gemuruh petir yang menggelegar diakinbatkan oleh adanya pemanasan secara tiba – tiba pada udara di jalur konduktor tersebut. Pemansan yang berlangsung cepat tersebut lebih panas dari panas matahari.
Indonesia sendiri merupakan negara penghasil petir yang cukup banyak karena Indonesia merupakan negara yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Petir memang terjadi hanya sekejab mata namun ternyata petir membutuhkan proses yang tidak sesimpel apa yang kita bayangkan.
Fatamorgana
Fatamorgana merupakan suatu peristiwa yang masih dianggap aneh. Bagaimana tidak, ketika seseorang sedang berada di gurun pasir seolah ia melihat sebuah danau ataupun air yang begitu melimpah. Namun ketika didekati ternyata tidak ada apa – apa. Bagi seorang yang sedang berada di tengah gurun pasir dengan panas yang begitu menyengat tentu saja hal yang paling didambakan adalah air. Namun sangat sangat dan sangat sulit sekali mendapatkan air di gurun pasir yang tandus. Karena itulah ketika terjadi fatamorgana memang terasa amat tertipu.
Sebenarnya fatamorgana merupakan kejadian yang bisa dijelaskan dalam konteks ilmu pengetahuan. Fatamorgana sebenarnya merupakan hasil pembiasan cahaya matahari yang membisakan objek langit. Fenomena ini biasanya terjadi di permukaan yang panas seperti di gurun pasir ataupun di jalan aspal.
Cut & Fill
Pada dasarnya tanah di permukaan bumi tidaklah rata. Setiap permukaan bumi memiliki elevasi yang berbeda – beda. Namun untuk membangun suatu bangunan atau jalan diperlukan tanah yang rata. Metode untuk meratakan tanah tersebut disebut cut & fill (memotong dan mengurug). Volume tanah yang akan di cut atau di fill diketahui dari peta kontur. Peta kontur merupakan peta yang berbentuk garis – garis yang menunjukkan elevasi tanah di suatu area.
Jika dari hasil perhitungan tanah ternyata lebih banyak di cut maka tidak perlu mengambil tanah dari luar cukup dengan meng-cut tanah di lokasi area yang akan dibangun dan mengurugnya pada bagian – bagian yang perlu diurug. Lain halnya jika dari hasil perhitungan ternyata tanah lebih banyak yang harus diurug tentu harus mendatangkan tanah dari luar untuk meratakan permukaan tanah pada level elevasi yang diinginkan.
Bukan hanya dalam hal pembangunan yang memerlukan perataan permukaan. Dalam kehidupan kita ketika kita lihat kesenjangan yang terjadi telah membuat perbedaan elevasi yang begitu mencolok antara si kaya dan si miskin. Pejabat yang memiliki fasilitas ynag mewah dengan gaji yang selangit. Sedangkan di sisi lain ada yang terkurung dalam kemiskinan. Bahkan untuk makan saja begitu sulit.
Pada kenyataannya kesenjangan sosial telah menimbulkan banyak efek. Seperti halnya bangunan yang dibangun di atas tanah yang tidak rata. Mulai dari aksi pencurian sampai penipuan. Semakin meningkatnya gelandangan dan pengemis. Hal ini tentu harus ada cut and fill. Yaitu bantuan dari si kaya kepada si miskin. Tapi si miskin pun harus punya tekad untuk merubah nasibnya sendiri.
Cut & fill juga dapat di terapkan untuk sikap setiap individu. Misalakan ada orang yang memiliki sifat mudah marah. Dalam hal ini tentu sifat emosi tersebut harus di cut agar tidak terlalu berlebihan. Sedangkan untuk sebagian orng merasa dirinya tidak memiliki kelebihan dan bakat. Dalam hal ini tentu harus di fill agar menjadi yakin bahwa setiap individu pastilah memiliki kelebihannya masing – masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar